Rabu, 31 Oktober 2012

PERUBAHAN BUDAYA DALAM MASYARAKAT

Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri. Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal. Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini, misalnya masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa. Namun pada kenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga budaya lokal mulai dilupakan. Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di negranya. Dimasa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita yang mulai menghilang sedikit demi sedikit.Hal ini sangatlah berkaitan erat dngan masuknya budaya-budaya ke dalam budaya kita.Sebagai contoh budaya dalam tata cara berpakaian.Dulunya dalam budaya kita sangatlah mementingkan tata cara berpakaian yang sopan dan tertutup.Akan tetapi akaibat masuknya budaya luar mengakibatkan budaya tersebut berubah.Sekarang berpakaian yang menbuka aurat serasa sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat erat didalam masyarakat kita.Sebagai contoh lain jenis-jenis makanan yang kita konsumsi juga mulai terpengaruh budaya luar.Masyarakat sekarang lebih memilih makanan-makanan yang berasal dari luar seperti KFC,steak,burger,dan lain-lain.Masyarakat menganggap makanan-makanan tersebut higinis,modern,dan praktis.Tanpa kita sadari makanan-makanan tersebut juga telah menjadi menu keseharian dalam kehidupan kita.Hal ini mengakibatkan makin langkanya berbagai jenis makanan tradisional.Bila hai ini terus terjadi maka tak dapat dihindarkan bahwa anak cucu kita kelak tidak tahu akan jenis-jenis makanan tradisional yang berasal dari daerah asal mereka. Tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya bangsa yang akan megharumkan nama Indonesia. Dan juga supaya budaya asli negara kita tidak diklaim oleg negara lain.Berikut beberapa hal yang dapat kita simak dalam rangka melestarikan budaya. 1. Kekuatan • Keanekaragaman budaya lokal yang ada di Indonesia Indonesia memiliki keanekaragaman budaya lokal yang dapatdijadikan sebagai ke aset yang tidak dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain. Budaya lokal yang dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap daerah memiliki ciri khas budayanya, seperti rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata Internasional. • Kekhasan budaya Indonesia Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki kekuatan tersediri. Misalnya rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Kekhasan budaya lokal ini sering kali menarik pandangan negara lain. Terbukti banyaknya turis asing yang mencoba mempelajari budaya Indonesia seperti belajar tarian khas suat daerah atau mencari barang-barang kerajinan untuk dijadikan buah tangan. Ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki cirri khas yang unik. • Kebudayaan Lokal menjadi sumber ketahanan budaya bangsa Kesatuan budaya lokal yang dimiliki Indonesia merupakan budaya bangsa yang mewakili identitas negara Indonesia. Untuk itu, budaya lokal harus tetap dijaga serta diwarisi dengan baik agar budaya bangsa tetap kokoh. 2. Kelemahan • Kurangnya kesadaran masyarakat Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih terbilang minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di sesuaikan dengan perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan cirri khas dari budaya tersebut. • Minimnya komunikasi budaya Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan perselisihan antarsuku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa. • Kurangnya pembelajaran budaya Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan zaman. 3. Peluang • Indonesia dipandang dunia Internasional karena kekuatan budayanya Apabila budaya lokal dapat di jaga dengan baik, Indonesia akan di pandang sebagai negara yang dapat mempertahankan identitasnya di mata Internasioanal. • Kuatnya budaya bangsa, memperkokoh rasa persatuan Usaha masyarakat dalam mempertahankan budaya lokal agar dapat memperkokoh budaya bangsa, juga dapat memperkokoh persatuan. Karena adanya saling menghormati antara budaya lokal sehingga dapat bersatu menjadi budaya bangsa yang kokoh. • Kemajuan pariwisata Budaya lokal Indonesia sering kali menarik perhatian para turis mancanegara. Ini dapat dijadikan objek wisata yang akan menghasilkan devisa bagi negara. Akan tetapi hal ini juga harus diwaspadai karena banyaknya aksi pembajakan budaya yang mungkin terjadi. • Multikuturalisme Dalam artikelnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning, Riau, Dr Junaidi SS MHum, mengatakan bahwa multikulturalisme meberikan peluang bagi kebangkitan etnik dan kudaya lokal Indonesia. Dua pilar yang mendukung pemahaman ini adalah pendidikan budaya dan komunikasi antar budaya. 4. Tantangan • Perubahan lingkungan alam dan fisik Perubahan lingkungan alam dan fisik menjadi tantangan tersendiri bagi suatu negara untuk mempertahankan budaya lokalnya. Karena seiring perubahan lingkungan alam dan fisik, pola piker serta pola hidup masyakrkat juga ikt berubah • Kemajuan Teknologi Meskipun dipandang banyak memberikan banyak manfaat, kemajuan teknologi ternyata menjadi salah satu factor yang menyebabkan ditinggalkannya budaya lokal. Misalnya, sistem sasi (sistem asli masyarakat dalam mengelola sumber daya kelautan/daratan) dikawasan Maluku dan Irian Jaya. Sistem sasi mengatur tata cara sertamusim penangkapan iakn di wilayah adatnya, namun hal ini mulai tidak di lupakan oleh masyarakatnya.

Kegunaan Teknologi dalam Masyarakat

Kegunaan Teknologi dalam Masyarakat Teknologi ada untuk mempermudah manusia mengerjakan suatu hal. Ada sebuah ungkapan bahwa, “Siapa yang menguasai Teknologi, dialah yang menguasai dunia” Sebuah ungkapan yang memiliki makna bahwa jika kita benar benar menguasai teknologi dalam kehidupan, maka akan banyak hal yang akan dapat kita permudah dan kita kerjakan. Teknologi sebenarnya sejak dulu sudah ada, seseorang menggunakan teknologi karna manusia berakal. Teknologi semakin lama semakin berkembang dengan susuai kebutuhan manusia saat ini. Teknologi yang sekarang akan semakin tertinggal di beberapa tahun kedepannya. Perkembangan teknologi yang berkembang pesat saat ini, jika kita pahami secara fungsional, bahwa ternyata sebenarnya semua itu ibaratkan pedang yang bermata dua, dalam artian teknologi ini di satu sisi akan dapat membantu kehidupan manusia, tetapi di sisi yang lain juga akan dapat menghancurkan kehidupan manusia, jika difungsikan untuk hal-hal yang merusak baik berdampak pada individu atau orang lain. Dari fungsi yang ganda tersebut, maka apa yang perlu dilakukan sekarang adalah, ketika sudah memahami fungsi teknologi tersebut seutuhnya, maka hendaknya memanfaatkannya untuk hal yang membawa kemaslahatan individu ataupun bersama, serta menularkan pemahaman yang bermanfaat tersebut pada masyarakat, sehingga nantinya sertiap dari kita akan menanfaatkan teknologi tersebut dengan optimal dan dalam konteks yang membawa manfaat. Contoh Manfaat Teknologi Bagi Kehidupan Manusia Seperti yang ditulis VIVAnews.com, tanggal Dunia 26 Agustus 1994 tentang Manusia Bionik. Disitu membuktikan bahwa dengan teknologi manusia dapat mereplikasi atau memperbaiki sejumlah organ dan bagian tubuh yang rusak (misal : karena kecelakaan, sakit). Dalam istilah pengobatan bionik berarti penggantian atau peningkatan organ tubuh dengan versi mekanis, artinya ia telah mengalami penggantian organ asli dengan versi mekanis atau elektonik. Cara kerjan teknologi bionik yaitu menangkap impuls elektrik. Contoh penerapan teknologi bionik kepada manusia dialami oleh Matthew James, remaja berusia 14 berhasil mendapatkan tangan bioniknya. Tangan ini terbuat dari plastik yang dibalut dengan silikon berwarna hitam. Dengan perintah dari pikiran, tangan bionik Janes mampu bergerak-gerak sesuai keinginan dengan teknologi i-LMB Pulse. Cara kerjanya, tangan bionik ini akan menangkap impuls elektrik yang dikirim dari otot lengan James hasil perintah pikiran. Pesan ini lalu diproses oleh dua elektroda dan dikirim ke mini komputer menjadi gerakan tangan mekanis sesuai dengan perintah yang dikirim. (sumber koran-jakarta.com-Senin, 12 September 2011) Sumber : http://dunianopy.com/2012/03/29/fungsi-teknologi-dalam-kehidupan/ http://blog.werutech.com/manfaat-teknologi-dalam-kehidupan-manusia/

Tari Piring

1. Sejarah Tari Piring Pada awalnya, tari ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis. Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian. Tari piring taeus berkembang hingga ke zaman kerajaan Sri Vijaya (kerajaan Sriwijaya) dan runtuhnya kerajaan tersebut oleh kerajaan Majapahit pada abad ke-16 ternyata tidak menghentikan perkembangan seni tari tersebut. Justru dengan runtuhnya kerajaan Sri Vijaya, membuat tari piring makin dikenal oleh negara Melayau lainnya seperti Malayasia. Perkembangan tari piring di negara – negara Melayu dipicu oleh pelarian orang – orang Sri Vijaya ke negara – negara tersebut. Sehingga tidak mengherankan jika di Malaysia tarian piring juga sering digunakan dalam acara perkawinan khususnya perkawinan kalangan masyarakat berada seperti bangsawan dan hartawan. Menurut sejarah tari piring, tarian ini diciptakan untuk menunjukan rasa syukur masyarakat kepada para dewa dengan menyajikan sesajian berupa makanan lezat yang dibawakan oleh gadis – gadis cantik. Namun seiring masuknya Islam di daerah Melayau, fungsi tarian piring pun tidak lagi ditujukan untuk sesembahan bagi para dewa, namun ditujukan untuk para raja dan pejabat. Tari piring pun tidak hanya dinimakti oleh kalangan atas saja, tetapi bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Dan seiring perkembangan zaman, tari piring tidak hanya ditujukan untuk raja dalam konteks pemimpin negara, tapi juga pada raja – ratu sehari alias pengantin. 2. Urutan Seni Tari Piring 1. Persiapan awal. Sudah menjadi kebiasaan bahwa sebuah persembahan kesenian harus dimulakan dengan persediaan yang rapi. Sebelum sebuah persembahan diadakan, selain latihan untuk mewujudkan kecakapan, para penari Tari Piring juga harus mempunyai latihan penafasan yang baik agar tidak kacau sewaktu membuat persembahan. Menjelang hari atau masa persembahan, para penari Tari Piring harus memastikan agar piring-piring yang mereka akan gunakan berada dalam keadaan baik. Piring yang retak atau sumbing harus digantikan dengan yang lain, agar tidak membahayakan diri sendiri atau orang ramai yang menonton. Ketika ini juga penari telah memutuskan jumlah piring yang akan digunakan. Segera setelah berakhir persembahan Silat Pulut di hadapan pasangan pengantin, piring-piring akan diatur dalam berbagai bentuk dan susunan di hadapan pasangan pengantin mengikut jumlah yang diperlukan oleh penari Tari Piring dan kesesuaian kawasan. Dalam masa yang sama, penari Tari Piring telah bersiap sedia dengan menyarungkan dua bentuk cincin khas, yaitu satu di jari tangan kanan dan satu di jari tangan kiri. Penari ini kemudian memegang piring atau ceper yang tidak retak atau sumbing. 2. Mengawali tarian Tari Piring akan diawali dengan rebana dan gong yang dimainkan oleh para pemusik. Penari akan memulai Tari Piring dengan ’sembah pengantin’ sebanyak tiga kali sebagai tanda hormat kepada pengantin tersebut yaitu; sembah pengantin tangan di hadapan sembah pengantin tangan di sebelah kiri sembah pengantin tangan di sebelah kanan. 3. Saat Menari Selesai dengan tiga peringkat sembah pengantin, penari Tari Piring akan memulakan tariannya dengan mencapai piring yang di letakkan di hadapannya serta mengayun-ayunkan tangan ke kanan dan kiri mengikut rentak muzik yang dimainkan. Penari kemudian akan berdiri dan mula bertapak atau memijak satu persatu piriring-piring yang telah disusun lebih awal tadi sambil menuju ke arah pasangan pengantin di hadapannya. Pada umumnya, penari Tari Piring akan memastikan bahwa semua piring yang telah diatur tersebut dipijak. Setelah semua piring selesai dipijak, penari Tari Piring akan mengundurkan langkahnya dengan memijak semula piring yang telah disusun tadi. Penari tidak boleh membelakangkan pengantin. Dalam masa yang sama kedua tangan akan berterusan dihayun ke kanan dan ke kiri sambil menghasilkan bunyi ‘ting ting ting ting …….’ hasil ketukan jari-jari penari yang telah disarung cincin dangan bagian bawah piring. Sesekali, kedua telapan tangan yang diletakkan piring akan dipusing-pusingkan ke atas dan ke bawah disamping seolah-olah memusing-musingkannya di atas kepala. 4. Mengakhiri Tarian Sebuah sajian Tari Piring oleh seseorang penari akan dapat berakhir apabila semua piring telah dipijak dan penari menutup sajiannya dengan melakukan sembah penutup atau sembah pengantin sekali lagi. Sembah penutup juga diakhiri dengan tiga sembah pengantin dengan susunan berikut; sembah pengantin tangan sebelah kanan sembah pengantin tangan sebelah kiri sembah pengantin tangan sebelah hadapan. 3. Filosofi Begini, menurut pemahaman penduduk Sumatra Barat, gerakan tari piring melambangkan kerja sama ketika warganya berada di sawah. Koreografi ini meniru cara petani bercocok tanam dan menunjukkan ungkapan rasa syukur mereka saat menuai hasil panen yang bakal menghidupi seisi rumah. Piring di tangan mereka diisi makanan yang lezat untuk dipersembahkan kepada dewa. Tetapi sejak agama Islam masuk, tari piring mempersembahkan sesajennya kepada majelis keramaian dan raja-raja atau pembesar negeri. Kini, tari piring juga dipakai sebagai bagian dalam pernikahan tradisional karena pengantin dianggap sebagai raja sehari yang layak mendapat penghormatan. Butuh kecakapan memegang piring dan mengatur mimik muka yang tepat saat menarikannya. Ketika penarinya bergerak cepat, atau disebut ayun, bersiaplah menyaksikan atraksi lempar piring. Piring yang mudah pecah itu akan dilontarkan tinggi-tinggi ke udara. Dan, penari menunjukkan kebolehan dalam mempermainkan piring di tangannya. Itulah bagian yang melambangkan kegembiraan tatkala musim panen tiba.

GENDER DALAM MASYARAKAT

1. Pengertian Gender Gender adalah perbedaan dan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat, serta tanggung jawab laki-laki dan perempuan Sehingga gender belum tentu sama ditempat yang berbeda, dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan. Oleh karena itu gender berkaitandengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya ditempatmereka berada. Dengan demikian gender dapat dikatakan pembedaan peran, fungsi,tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk/dikonstruksi oleh sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman. 2. Permasalahan Ketidakadilan Gender Ketertinggalan perempuan mencerminkan masih adanya ketidakadilan dan ketidak setaraan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia, hal ini dapat terlihat dari gambarankondisi perempuan di Indonesia. Sesungguhnya perbedaan gender dengan pemilahansifat, peran, dan posisi tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan. Namun pada kenyataannya perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidak adilan, bukan saja bagi kaum perempuan, tetapi juga bagi kaum laki-laki.Berbagai pembedaan peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab serta kedudukan antaralaki-laki dan perempuan baik secara langsung maupun tidak langsung, dan dampak suatu peraturan perundang-undangan maupun kebijakan telah menimbulkan berbagaiketidakadilan karena telah berakar dalam adat, norma ataupun struktur masyarakat.Gender masih diartikan oleh masyarakat sebagai perbedaan jenis kelamin. Masyarakat belum memahami bahwa gender adalah suatu konstruksi budaya tentang peran fungsi dantanggung jawab sosial antara laki-laki dan perempuan. Kondisi demikian mengakibatkankesenjangan peran sosial dan tanggung jawab sehingga terjadi diskriminasi, terhadaplaki-laki dan perempuan. Hanya saja bila dibandingkan, diskriminasi terhadap perempuankurang menguntungkan dibandingkan laki-laki. 3. Bentuk-bentuk Ketidakadilan Akibat Deskriminasi Gender a. Menganalisis perempuan sebagai salah satu bentuk ketidakadilan gender Proses marginalisasi (peminggiran/pemiskinan) yang mengakibatkan kemiskinan, banyak terjadi dalam masyarakat terjadi dalam masyarakat di Negara berkembang seperti penggusuran dari kampong halaman, eksploitasi. Namun pemiskinan atas perempuanmaupun laki yang disebabkan jenis kelamin merupakan salah satu bentuk ketidakadilanyang disebabkan gender. Sebagai contoh, banyak pekerja perempuan tersingkir danmenjadi miskin akibat dari program pembangunan seperti internsifikasi pertanian yanghanya memfokuskan petani laki-laki. Perempuan dipinggirkan dari berbagai jeniskegiatan pertanian dan industri yang lebih memerlukan keterampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki. b. Subordinasi Subordinasi pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggaplebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. Sudah sejak dahulu ada pandangan yang menempatkan kedudukan dan peran perempuan lebih rendah dari laki-laki. Banyak kasus dalam tradisi, tafsiran ajaran agama maupun dalam aturan birokrasiyang meletakan kaum perempuan sebagai subordinasi dari kaum laki-laki. Kenyataanmemperlihatkan bahwa masih ada nilai-nilai masyarakat yang membatasi ruang gerak terutama perempuan dalam kehidupan. Sebagai contoh apabila seorang isteri yanghendak mengikuti tugas belajar, atau hendak berpergian ke luar negeri harus mendapat izin suami, tatapi kalau suami yang akan pergi tidak perlu izin dari isteri. c. Pandangan stereotipe Setereotipe dimaksud adalah citra baku tentang individu atau kelompok yang tidak sesuaidengan kenyataan empiris yang ada. Pelabelan negatif secara umum selalu melahirkanketidakadilan. Salah satu stereotipe yang berkembang berdasarkan pengertian gender,yakni terjadi terhadap salah satu jenis kelamin, (perempuan),Hal ini mengakibatkan terjadinya diskriminasi dan berbagai ketidakadilan yangmerugikan kaum perempuan. Misalnya pandangan terhadap perempuan yang tugas danfungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan domistik ataukerumahtanggaan. Hal ini tidak hanya terjadi dalam lingkup rumah tangga tetapi jugaterjadi di tempat kerja dan masyaraklat, bahkan di tingkat pemerintah dan negara.Apabila seorang laki-laki marah, ia dianggap tegas, tetapi bila perempuan marah atautersinggung dianggap emosional dan tidak dapat menahan diri. Standar nilai terhadap perilaku perempuan dan laki-laki berbeda, namun standar nilai tersebut banyak menghakimi dan merugikan perempuan.Label kaum perempuan sebagai “ibu rumah tangga” merugikan, jika hendak aktif dalam“kegiatan laki-laki” seperti berpolitik, bisnis atau birokrat. Sementara label laki-lakisebagai pencari nakah utama, (breadwinner) mengakibatkan apa saja yang dihasilkanoleh perempuan dianggap sebagai sambilan atau tambahan dan cenderung tidak diperhitungkan. d. Kekerasan Berbagai bentuk tidak kekerasan terhadap perempuan sebagai akibat perbedaan, munculdalam bebagai bentuk. Kata kekerasan merupakan terjemahkan dari violence, artinyasuatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Oleh karenaitu kekerasan tidak hanya menyangkut serangan fisik saja seperti perkosaan, pemukulandan penyiksaan, tetapi juga yang bersifat non fisik, seperpti pelecehan seksual sehinggasecara emosional terusik.Pelaku kekerasan bermacam-macam, ada yang bersifat individu, baik di dalam rumahtangga sendiri maupun di tempat umum, ada juga di dalam masyarakat itu sendiri. Pelaku bisa saja suami/ayah, keponakan, sepupu, paman, mertua, anak laki-laki, tetangga,majikan. e. Beban ganda Bentuk lain dari diskriminasi dan ketidak adilan gender adalah beban ganda yang harusdilakukan oleh salah satu jenis kalamin tertentu secara berlebihan. Dalam suatu rumahtangga pada umumnya beberapa jenis kegiatan dilakukan laki-laki, dan beberapadilakukan oleh perempuan. Berbagai observasi, menunjukkan perempuan mengerjakanhampir 90% dari pekerjaan dalam rumah tangga. Sehingga bagi mereka yang bekerja, selain bekerja di tempat kerja juga masih harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga.Dalam proses pembangunan, kenyataannya perempuan sebagai sumber daya insani masihmendapat pembedan perlakuan, terutama bila bergerak dalam bidang publik. Dirasakan banyak ketimpangan, meskipun ada juga ketimpangan yang dialami kaum laki-laki disatu sisi.

Industrialisasi dan Globalisasi

Industrialisasi dan Globalisasi Industrialisasi Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang merubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi dimana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi. Dalam Industrialisasi ada perubahan filosofi manusia dimana manusia merubah pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas (tindakan didasarkan atas pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan, tidak lagi mengacu kepada moral, emosi, kebiasaan atau tradisi). Menurut para peniliti ada faktor yang menjadi acuan modernisasi industri dan pengembangan perusahaan. Mulai dari lingkungan politik dan hukum yang menguntungkan untuk dunia industri dan perdagangan, bisa juga dengan sumber daya alam yang beragam dan melimpah, dan juga sumber daya manusia yang cenderung rendah biaya, memiliki kemampuan dan bisa beradaptasi dengan pekerjaannya. Negara pertama yang melakukan industrialisasi adalah Inggris ketika terjadi revolusi industri pada abad ke 18. Pada akhir abad ke 20, Negara di Asia Timur telah menjadi bagian dunia yang paling banyak melakukan industrialisasi. Deskripsi Industrialisasi Menurut klasifikasi Jean Fourastie, sebuah ekonomi terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama terdiri dari produksi komoditas (pertanian, peternakan, ekploitasi sumber daya mineral). Bagian kedua proses produksi barang untuk dijual dan bagian ketiga sebagai industri layanan. Proses Industrialisasi didasarkan pada perluasan bagian kedua yang kegiatan ekonominya didominasi oleh kegiatan bagian pertama. Revolusi Industri pertama terjadi pada pertengahan abad ke 18 sampai awal abad ke 19 di daerah Eropa Barat, Amerika Utara, dimulai pertama kali di Inggris. Revolusi Industri kedua terjadi pada pertengahan abad ke 19 setelah penemuan mesin uap, listrik, mesin pembakaran dalam (tenaga fosil) dan pembangunan kanal kanal, rel kereta api sampai ke tiang listrik. Dampak Sosial dan Lingkungan 1. Urbanisasi Terpusatnya tenaga kerja pada pabrik – pabrik di suatu daerah, sehingga daerah tersebut berkembang menjadi kota besar. 2. Eksploitasi tenaga kerja Pekerja harus meninggalkan keluarga agar bisa bekerja dimana industri itu berada. 3. Perubahan pada struktur keluarga Perubahan struktur sosial berdasarkan pada pola pra industrialisasi dimana suatu keluarga besar cenderung menetap di suatu daerah. Setelah industrialisasi keluarga biasanya berpindah pindah tempat dan hanya terdiri dari keluarga inti (orang tua dan anak – anak). Keluarga dan anak – anak yang memasuki kedewasaan akan semakin aktif berpindah pindah sesuai tempat dimana pekerjaan itu berada. 4. Lingkungan hidup Industrialisasi menimbulkan banyak masalah penyakit. Mulai polusi udara, air, dan suara, masalah kemiskinan, alat alat berbahaya, kekurangan gizi. Masalah kesehatan di Negara industri disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial politik, budaya dan juga patogen (mikroorganisme penyebab penyakit) Globalisasi Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Pengertian Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Ciri Globalisasi • Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda. • Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO). • Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan. • Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi http://id.wikipedia.org/wiki/Industrialisasi

SISTEM KEKERABATAN MATRILINEAL ( Sistem Kekerabatan Minangkabau )

1. Pengertian Matrilineal Matrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu. Matrilineal berasal dari dua kata, yaitu mater (bahasa Latin) yang berarti "ibu", dan linea (bahasa Latin) yang berarti "garis". Jadi, "matrilineal" berarti mengikuti "garis keturunan yang ditarik dari pihak ibu". 2. Sistem Kekerabatan yang Berlaku di Minangkabau Masyarakat minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal. Sistem matrilineal adalah suatu sistem yang mengatur kehidupan dan ketertiban suatu masyarakat yang terikat dalam suatu jalinan kekerabatan dalam garis ibu. Seorang anak laki-laki atau perempuan merupakan klen dari perkauman ibu.Ayah tidak dapat memasukkan anaknya ke dalam sukunya sebagaimana yang berlaku dalam sistem patrilineal.Dengan kata lain seorang anak di minangkabau akan mengikuti suku ibunya. Segala sesuatunya diatur menurut garis keturunan ibu.Tidak ada sanksi hukum yang jelas mengenai keberadaan sistem matrilineal ini, artinya tidak ada sanksi hukum yang mengikat bila seseorang melakukan pelanggaran terhadap sistem ini. Sistem ini hanya diajarkan secara turun temurun kemudian disepakati dan dipatuhi, tidak ada buku rujukan atau kitab undang-undangnya. Namun demikian, sejauh manapun sebuah penafsiran dilakukan atasnya, pada hakekatnya tetap dan tidak beranjak dari fungsi dan peranan perempuan itu sendiri. 3. Ciri-ciri Sistem Kekerabatan Minangkabau Adapun karakteristik dari sistem kekerabatan matrilineal adalah sebagai berikut: 1.Keturunan dihitung menurut garis ibu. 2. Suku terbentuk menurut garis ibu Seorang laki-laki di minangkabau tidak bisa mewariskan sukunya kepada anaknya.Jadi jika tidak ada anak perempuan dalam satu suku maka dapat dikatakan bahwa suku itu telah punah. 3. Tiap orang diharuskan kawin dengan orang luar sukunya (exogami) Menurut aturan adat minangkabau seseorang tidak dapat menikah dengan seseorang yang berasal dari suku yang sama . Apabila hal itu terjadi maka ia dapat dikenakan hukum ada, seperti dikucilkan dalam pergaulan. Tapi, beberapa suku ada juga yang memperbolehkan perkawinan antar suku. 4. Yang sebenarnya berkuasa adalah saudara laki-laki Yang menjalankan kekuasaan di minangkabau adalah laki-laki ,perempuan di minangkabau di posisikan sebagai pengikat ,pemelihara ,dan penyimpan harta pusaka. 5. Perkawinan bersifat matrilokal, yaitu suami mengunjungi rumah istrinya 6. Hak-hak dan pusaka diwariskan oleh mamak kepada kemenakannya dan dari saudara laki-laki ibu kepada anak dari saudara perempuan.

Bahasa

BAHASA Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli • BILL ADAMS Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif • WITTGENSTEIN Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis • FERDINAND DE SAUSSURE Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain • PLATO Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut • BLOCH & TRAGER Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama. • CARROL Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia Dari pendapat para ahli diatas, dapat kita simpulkan bahasa merupakan alat komunikasi. Kegunaan Bahasa Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).

SOSIALISASI

1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. 2. Jenis-jenis Sosialisasi Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: • Sosialisasi Primer Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya. • Sosialisasi Sekunder Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama. 3. Proses Sosialisasi Menurut George Herbert Mead George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut: • Tahap Persiapan (Preparatory Stage) Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya. • Tahap meniru (Play Stage) Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other) • Tahap siap bertindak (Game Stage) Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya. • Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other) Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya. 4. Agen Sosialisasi • Keluarga (kinship) Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi, menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri. • Teman pergaulan Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu. Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan. • Lembaga pendidikan formal (sekolah) Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. • Media massa Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

Kebudayaan Sumatera Barat

Kebudayaan Sumatera Barat Sumatera Barat memiliki aneka ragam budaya yang menarik. Sumatera Barat menggunakan bahasa Minang yang mana pusat Minangkabau itu terletak di Batusangkar. Sumatera barat memiliki daratan rendah yang mana bersentuhan dengan Samudera Hindia dan memiliki daratan tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Salah satu kebudayaan yang ada di Sumatera Barat : • Olahraga Provinsi Sumatera Barat memiliki beberapa event olahraga yang berskala lokal, nasional maupun internasional dalam meningkatkan pariwisatanya, di antaranya lomba pacu kuda. Perlombaan pacu kuda ini sudah menjadi tradisi dan menjadi bagian dari budaya masyarakat Minangkabau khususnya, saat ini sudah menjadi rangkaian perlombaan dengan beberapa kota/kabupaten lain di Sumatera Barat yang mendapat kesempatan menjadi tuan rumah satu kali tiap tahunnya, sementara pesertanya juga ada dari luar Sumatera Barat. • Musik Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatera Barat yang dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen alat musik tradisional saluang, bansi, talempong, rabab, pupuik, serunai, dan gandang tabuik. Ada pula saluang jo dendang, yakni penyampaian dendang (cerita berlagu) yang diiringi saluang yang dikenal juga dengan nama sijobang. Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan struktur masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi merantau. • Tarian tradisional Secara garis besar seni tari dari Sumatera Barat adalah dari adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam, keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, di antaranya Tari Pasambahan, Tari Piring, Tari Payung dan Tari Indang. Sementara itu terdapat pula suatu pertunjukan khas etnis Minangkabau lainnya berupa perpaduan unik antara seni bela diri yang disebut silek dengan tarian, nyanyian dan seni peran (acting) yang dikenal dengan nama Randai. Sedangkan untuk tarian khas etnis Mentawai disebut Turuk Laggai. Tarian Turuk Langai ini umumnya bercerita tentang tingkah laku hewan, sehingga judulnya pun disesuaikan dengan nama-nama hewan tersebut, misalnya tari burung, tari monyet, tari ayam, tari ular dan sebagainya. • Rumah adat Rumah adat Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun. Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah. Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang, umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau, masyarakat setempat menyebutnya Gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng. Rumah Bagonjong ini menurut masyarakat setempat diilhami dari tambo, yang mengisahkan kedatangan nenek moyang mereka dengan kapal dari laut. Ciri khas lain rumah adat ini adalah tidak memakai paku besi tapi menggunakan pasak dari kayu, namun cukup kuat sebagai pengikat. • Senjata tradisional Senjata tradisional Sumatera Barat adalah Keris. Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, dan umumnya dipakai oleh para penghulu terutama dalam setiap acara resmi ada terutama dalam acara malewa gala atau pengukuhan gelar, selain itu juga biasa dipakai oleh para mempelai pria dalam acara majlis perkawinan yang masyarakat setempat menyebutnya baralek. Berbagai jenis senjata juga pernah digunakan seperti tombak, pedang panjang, panah, sumpit dan sebagainya. • Masakan khas Dalam dunia kuliner, Sumatera Barat terkenal dengan masakan Padang dan restoran Padang, dengan citarasa yang pedas, dapat ditemukan hampir di seluruh penjuru Nusantara, bahkan sampai ke luar negeri. Beberapa contoh makanan dari Sumatera Barat yang cukup populer adalah Rendang, Sate Padang, Dendeng Balado, Itiak Lado Mudo, Soto Padang, dan Bubur Kampiun. Setiap kawasan di Sumatera Barat, memiliki makanan sebagai ciri khas daerah, yang biasa dijadikan sebagai buah tangan (oleh-oleh) misalnya: kota Padang terkenal dengan bengkuang, kota Padangpanjang terkenal dengan pergedel jaguang, kota Bukittinggi dengan karupuak sanjai, kota Payakumbuh dengan galamai. Selain itu, Sumatera Barat juga memiliki ratusan resep, seperti kipang kacang, bareh randang, dakak-dakak, rakik maco, pinyaram, Karupuak Balado, dan termasuk juga menghasilkan Kopi Luwak (Kopi sisa Musang). Budaya pada Sumatera Barat ini lebih kearah minang yang mana pusat Minangkabau tersebut di Pagaruyung, Batusangkar – Sumatera Barat. Budayanya memiliki adat istadat yang dijunjung. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat

masyarakat

MASYARAKAT Masyarakat sebuah komunitas yang berbeda dan relatif otonom yang anggotanya memiliki hubungan timbal balik sosial yang tertanam dan diekspresikan melalui media budaya. Pengertian Masyarakat Masyarakat dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab, syaraka yang berarti “ikut serta berpartisipasi” Menurut Koenjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Unsur-unsur dalam Masyarakat 1. Interaksi antara warga-warganya 2. Adat istiadat 3. Norma-norma 4. Hukum 5. Aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah-laku warga 6. Identitas yang khas 7. Kontinuitas waktu (Koentjaraningrat, 2000:146) Aneka Warna Masyarakat • Komunitas Adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. • Golongan sosial Merujuk kepada perbedaan hierarkis (stratifikasi) antara insan atau kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya. • Kelompok Sosial Adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi.

Aneka Warna Manusia di Dunia

Aneka Warna Manusia di Dunia Masalah aneka warna manusia di Eropa dalam abad Ke-16 hingga ke-19 Orang awam di Eropa pada umumnya tertarik akan sifat yang aneh dari benda-benda kebudayaan orang Afrika, orang Asia, orang Oseania, atau orang Indian Ameriak itu. Terdapat tiga pandangan dasar mengenai masyarakat dan kebudayaan manusia. Pandangan pertama berdasarkan keyakinan bahwa sifat aneka warna manusia, baik ragawi maupun rohani, yang tampak dari bahan etnografi dan etnografikaitu, disebabkan karena mahluk manusia dari sejak awal diciptakan beraneka warna, atau karena mahluk manusia diturunkan dari beraneka warna mahluk induk. Berdasarkan cara berpikir itu, terdapat suatu pandangan yang seringkali disebut polygenesis, yang menganggap bahwa manusia dari ras kaukasoid dengan kebudayaannya yang berkembang di Eropa Barat itu berasal dari mahluk induk yang lebih kuat, lebih mampu, dan lebih tinggi daripada manusia ras lainnya. Pandangan kedua adalah berdasarkan keyakinan bahwa manusia diciptakan sekali, yaitu bahwa manusia adalah keturunan dari satu mahluk induk. Pandangan ini juga disebut monogenesis. Dapat dibagi lagi kedalam dua sub pandangan. Pandangan pertama berdasarkan keyakinan bahwa semua mahluk manusia adalah keturunan nabi Adam. Sebaliknya ada juga sub pandangan yang mempunyai keyakinan bahwa mahluk manusia tidak mengalami degenerasi, tetapi kemajuan, dan bahwa aneka-warna masyarakat dan kebudayaan yang kini tampak itu disebabkan karena tingkat-tingkat kemajuan yang berbeda-beda pada tiap masyarakat manusia. Ilmu anatomi dan masalah aneka warna manusia Klasifikasi dari aneka-warna ciri tubuh manusia dalam hubungannya dengan sejarah persebarannya dimuka, dilakukan oleh seorang dokter bernama J.C Prichard (1786-1848) ia menghubungkan data etnografi mengenai ciri-ciri fisik dengan data etnografi mengenai kebudayaan berbagai bangsa yang tersebar didunia. Suatu teori yang menyatakan bahwa perobahan cara hidup, artinya perobahan kebudayaan, juga merupakan salah satu sebab dari perobahan ciri fisik manusia dikembangkannya dalam du buah buku ytang berjudul Research into the Physical History of man (1813) dan the natural History of man . Filsafat social dan masalah aneka warna manusia Montesquieu mencoba meneliti bebrapa gejala sosial mengenai hokum, pengendalian sosial dan integrasi social, dan himpunan data yang dikumpulkannya dalam waktu kira-kira 20 tahun dari sejumlah masyarakat yang berbeda-beda di Eropa dianalisa secara komparatif induktif. Beberap kesimpulan penting yang terdapat dalam bukunya yang terkenal L’Espirit de Loi (1748) ialah bahwa gejala aneka- warna masyarakat manusia merupakan akibat dari pengaruh sejarah masing-masing, tetapi juga pengaruh lingkungan alamnya dan struktur internnya. Ia juga pertama-tama mengajukan pandangan yang kelak dalam ilmu antropologi terkenal dengan nama relativisme kebudayaan, yaitu bahwa suatu unsure atau adapt dalam suatu kebudayaan tak dapat dinilai dengan pandangan yang berasal dari kebudayaan lain, melainkan dari system nilai yang pasti ada didalamnya sendiri. Akhirnya dalam bukunya ia juga mengajukan konsep tentang kemajuan masyarakat melalui tiga tingkat evolusi social, yaitu: tingkat masyarakat berburu atau liar (sauvage), tingkat beternak atau tingkat barbar (barbarisme) dan tingkat pertanian diman berkembang peradaban (civilization) W. Robertson dari universitas Edinburgh yang menulis buku berjudul the histori of Amaerica (1777) diamana diajukan soal-soal yang kelak menjadi topic-topik penting dalam Antropologi. Ia juga berbicara tentang adanaya proses kemajuan kebudayaan manusia, yang dengan lambat berkembang dari bentuk- bentuk yang complex, dengna melalui tibgkat-tingkat savagery, barbarism, dan civilization. Ia berpendirian bahwa aneka warna kebudayaan yang kini tampak pada bangsa-bangsa dimuka bumi ini tidak disebabkan karena bangsa-bangsa itu dahulu berasal dari jenis-jenis mahluk induk yang berbeda, melainkan karena mereka terkena pengaruh lingkungan alam yang berbeda. Filsafat Positivisme dan masalah aneka-warna manusia Aguste Comte dalam buku raksasanya yang berjudul Course de Philosophie Positive (1830-1842). Comte mengajukan pendapatnya mengenai metodologi ilmiah umum, artinya yang dapat diterapkan terhadap semua ilmu pengetahuan yang ada. Suatu metodologi semacam itu idak perlu lagi meneliti sebab azasi dari gejala-gejala yang ada idunia ini, tetapi hany mencari, menganalisa, dan mendeskripsi hubungan-hubungan antara gejala-gejal yang ada itu secara eksak, kalau bias dengan rumus-rumus seperti dalam ilmu pasti. Ilmu sosiologi sebagai ilmu yang baru oleh Comte dianggapa terdiri dari dua sub-ilmu, yaitu sosiologi statika dan sosilogi dinamika. Sub-ilmu yang pertama mempelajari hubungan-hubungan yang mantap antara bagian-bagian dari masyarakat dan gejala-gejala dalam masyarakat; sedangkan sub-ilmu yang kedua adalah sub-ilmu yang mempelajari perobahan-perobahan dalam hubungan-hubungan itu. Perobahan itu menurut Comte disebabkan karena cara berpikir manusia itu telah mengalami perobahan dan proses dalam tiga tahap, yaitu: Tahap bahwa sebab dari semua gejala itu bersumber pada kehendak roh, dewa ,Tuhan. Teologi yaitu tahap berpikir secara metafisik, yaitu tahap dimana manusia menerangkan bahwa gejala-gejala itu bersumber kepada kekuatan gaib atau abstrak. Tahap berpikir secara ilmiah, manusia menkhusus kepada analisa untuk dapat mencapai pengertian tentang pengaruh hubungna dari gejal-gejal tertentu terhadap gejala-gejal lain dalam alam dan kehidupan masyarakat manusia. Sejajar dengna ketiga tahap perkembangan cara berpikir manusia itu, ada wujud kesinian religi, organisasi masyarakat, system pengetahuan, kesenian dan organisasi social yang tertentu. Masalah aneka-warna manusia Penelitian komparatif terhadap bahasa-bahasa didunia menimbulakan ilmu perbandingan bahasa pada pertengahan abad ke-19. Mula-mula ahli perbandingan bahasa seperti F. Bopp dan lain-lain melakukan analisa perbandingna bahasa antara bahasa yang tersebar diEropa Barat, Eropa Selatan, Armenia, Iran, Afganistan, Pakistan dan India, mereka beranggapan bahwa semua bahasa didaerah yang yang luas itu dapat digolongkan dalam satu keluarga bahasa yang besar , yang meraka sebut keluarga bahasa Indo-German.

contoh kasus penerapan ilmu antropologi dalam kehidupan sehari-hari

Contoh penerapan antropologi dalam kehidupan sehari-hari yaitu keadaan masyarakat di Gwenbe Tonga oleh Thayer Scudder. Masyarakat Gwenbe Tonga memiliki keadaan perekonomian yang baik setelah pembangunan bendungan di Danau Zambezi, Afrika Tengah. Hal ini terjadi sekitar tahun 1960 sampai akhir tahun 1970. Masyarakatnya dapat memproduksi barang dan jasa untuk keperluan sendiri sampai berlebihan sehingga mereka menjual kelebihan tersebut pada pasar dunia. Lama kelaman mereka lebih terkosentrasi untuk menproduksi barang dan jasa yang dijual ke pasar dunia. Prinsip ini sangat tepat diterapkan apabila keadaan harga di pasar dunia meningkat atau sesuai dengan harapan. Namun,sekitar tahun 1980-an keadaan masyarakat Gwenbe Tonga mulai memburuk ditandai dengan menurunnya moralitas, banyak masyarakat yang mabuk-mabukan, mencuru, berbuat onar, dan kimia. Hal ini disebabkan karena masyarakat Gwenbe Tonga mengurangi produksi pangan untuk masyarakatnya sendiri dan lebih. Kesimpulan : Menurut saya, berdasarkan contoh diatas antropologi tidak digunakan secara keseluruhan, tetapi hanya pada awalnya saja yaitu hanya pada perencanaannya saja.